Kamis, 30 Agustus 2012

judulnya di bawah situ


 on Friday, August 17, 2012 at 5:12pm ·

-Pertemuan sepertinya juga menerapkan hukum Gossen 1-
Anda pasti sudah mengenal 3 teori Gossen pada pelajaran ekonomi sewaktu menimba ilmu di sekolah menengah dahulu. Mengenai hukum utilitas. Bahwa sebuah kepuasan akan terus berkurang setelah satu pemenuhan kebutuhan sudah tercapai.
Judul di atas merupakan sebuah hipotesis terhadap pengalaman yang berulangkali saya rasakan dan membuat saya teringat tentang perkataan guru les matematika saya tentang penerapan hukum Gossen yang berulangkali dicontohkan dengan bakso,mi ayam, ataupun makanan makanan lain. Memang sepertinya hukum ekonomi sangat lekat dengan kebutuhan fisik seseorang namun kenyataannya memang manusia memiliki banyak kebutuhan lain yang cenderung mengarah pada kebutuhan psikologis.
Sore tadi, saya bertemu (dengan sengaja) dengan beberapa teman yang sebelumnya sangat saya harap harapkan kedatangan mereka. Kami berbincang bincang mengenai banyak hal, tentu saja perihal dinamika kehidupan. Namun karena pertemuan tersebut melibatkan banyak orang yang sudah memiliki minat dan keseharian yang berbeda beda, (sekitar 8 orang) maka pembicaraan kami cenderung kurang jelas arahnya dan agak simpang siur alias ngalor ngidul. Namun ada beberapa dari kawan tersebut yang cenderung berkomunikasi lebih intensif dengan saya. 2 di antaranya merupakan kawan yang telah lama tidak bertemu dan, kali ini adalah pertemuan ke”2” setelah waktu yang lama itu, salah satu dari orang itu memang seorang kawan dekat dulu semasa sma. kemudian 3 di antaranya cenderung lebih sering bertemu dan berkomunikasi, dan 2 lagi adalah pertemuan yang pertama setelah waktu yang lama.
Manakah yang saya bicarakan dalam kasus ini? Mungkin ada sudah bisa menebak, dan barangkali pula anda benar. yakni yang pertama. Sekitar 3 minggu lalu, saya bertemu dengan 2 orang ini dalam kesempatan yang berbeda. Orang pertama, sebut saja si X memang saya harapkan pertemuan dengannya karena dia adalah seorang motivator muda yang canggih. Dia pasti bisa menceritakan berbagai (benar benar berbagai –dari lika liku bisnisnya hingga filosofi hidup yang sudah kebapak bapakan-) hal dengan gayanya yang khas, sebuah ambisi berapi api yang bisa mempengaruhi atmosfer sekitar dia berada. Dan yang kedua, si Y yang notabene pendiam tetap saja bisa banyak bercerita mengenai kehidupan pribadinya yang –ternyata dia juga tidak menyangka ada hal hal seperti itu dalam hidupnya bhwa ia pun merasa tidak neko neko- yang pasti dengan suasana interaksi yang cenderung personal dan keingintahuan keingintahuan kabar karena telah lama tak bertemu.
Namun dalam pertemuan berikutnya, yakni pertemuan kali ini, saya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan pertemuan waktu itu. Pertemuan ini seolah tidak semenarik pertemuan kemarin dan ada ruang beku di antara interaksi kali ini. Saya ingin mengambil beberapa pelajaran dari sini, bahwa saya merasakan ketakmenarikan itu karena saya butuh kebaruan kebaruan yang tidak dirasakan oleh teman teman saya yang lain, karena ia dan saya telah bertemu beberapa waktu lalu dan mereka tidak. Sehingga beberapa hal yang sebenarnya menarik, menjadi kurang menarik karena saya telah mendapatkannya sebelumnya. Sedangkan dengan teman saya yang satu lagi, ia telah bercerita panjang lebar dan sebenar benarnya dia pendiam bukan? Sehingga dalam pertemuan kali ini kita sudah kehabisan topic pembicaraan. Namun sebenarnya, bisa menjadi kondisi yang
berbeda apabila intensitas pertemuan itu begitu rutin atau memang menjadi rutinitas, karena keseharian yang saling diketahui satu sama lain. Sehingga boleh jadi, ada 2 kemungkinan yang ada bahwa pertemuan akan menjadi begitu bermakna atau “akan menjadi membosankan dan beku” bila tidak ataupun disertai sebuah tujuan akan dibawa kemana pertemuan itu.
Ratsari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar