Aku menuliskan namamu pada sebuah titik hitam di bawah bukuku. Yang diatasnya bertuliskan sebuah pelajaran dan kenyataan. Tentu namamu terlalu kecil untuk menjadi tampak. Tapi namamu melebur dengan tinta lainnya. Dan menjadi sebuah harapan besar. Dunia tidak lebih besar dari volume otak kita. Kita sebenarnya sering membohongi kenyataan yang luas. Dunia kita mengecilkan dunia yang sesungguhnya. Benarkah kita telah benar-benar memahami kenyataan? Siapa yang kita ikuti selama ini? Sesuatu yang berada dekat? Mungkin tidak, membohongi dunia yang luas, hanya saja lemah terhadapnya. Disadari, manusia memiliki keterbatasan akan kenyataan. Tapi manusia bisa, menjadikannya sebuah kesenangan, kesedihan, kemudahan, atau kesulitan. Itu semua sering berubah dalam diri manusia. Lalu apa yang seharusnya?? Kekuatan pikiran atau kenyataan? Pengakuan akan kenyataan memang membutuhkan jiwa yang besar. Kenyataan adalah benar. Yang berarti ketika hal yang berkenaan dengannya menjadi tak sesuai, hal itu merupakan pengingkaran, rekayasa, rasionalisasi, atau apapunlah itu. Kekuatan untuk mengendalikan pikiran sesuai kenyataan. Bukankah semestinya???
--kembali lagi pada hakekat.kembali lagi pada kesemestaan dan kedirian. Kembali lagi pada kenyataan—
--kembali lagi pada hakekat.kembali lagi pada kesemestaan dan kedirian. Kembali lagi pada kenyataan—