Selasa, 24 Januari 2012

LECTURER

Lecturer

Seorang laki-laki duduk di sebuah bangku kayu warung depan sekolah. Warung itu hanya berupa tenda utama, terdapat 1 bangku kayu yang akan membuat orang yang mendudukinya menghadap ke selatan, menghadap tembok yang penuh coret-coretan tidak karuan. Dan satu lagi di sebelah timurnya setelah gang kecil tempat untuk lewat. Tersedia berbagai bungkusan makanan, nasi kucing, bihun, tempe goreng, telur puyuh, pisang garong, semua berjajar di atas meja panjang yang siap jadi santapan anak-anak sekolahan.
Laki-laki itu berperawakan kecil, dan kurus. Ia sering lebih suka terlihat menyendiri dan merokok. Sering, tiba-tiba pergi seperti mendapatkan sebuah panggilan penting. Aku tidak tahu apa yang ada di pikirannya kala itu, ya dan siapa yang memedulikan pikiran orang satu-satu? Apalagi anak itu sepertinya lebih suka bercerita atau entah sekadar berbicara dengan si ibu pemilik warung.

Kami saling mengenal hanya sebatas –tahu nama dan, kebiasaan duduk di warung yang sama—awal mulanya aku lupa, dan seterusnya. Aku berurusan dengan kehidupanku dulu, seputar main repling, wall climbing,rencana-rencana menonton wayang orang, jalan jalan ke toko buku, dan begitu seterusnya. Dia terkadang ikut bergabung (namun sangat jarang) dan sibuk dengan urusan kehidupannya sendiri, sepertinya dia anak yang keras, bernada ceplas-ceplos ketika bicara, dan cuek. Hingga masa SMA pun lewat, kami menjalani pendidikan kami masing-masing . Pada suatu saat, di bulan Juni atau Juli , seorang teman menambahkan aku menjadi temannya pada sebuah media sosial. Aku agak lupa pada  namanya yang asli. Kutanya, apakah ia adalah seseorang bernama itu? Dan ternyata memang benar. Seorang anak laki laki kurus.
Pada suatu pagi ketika momen olahraga nasional, aku melihat anak itu sedang membeli bensin di tukang bensin eceran, aku memang sering melewati daerah kampusnya bahkan hampir tiap hari, aku memanggilnya sambil lalu, dia terlihat lebih tinggi sekarang. Itupun juga segera berlalu, hingga akhirnya pada suatu hari yang iseng, aku membaca sebuah catatan berjudul guru maya. Kenapa aku tertarik pada catatan itu, karena ada beberapa hal yang menurutku unik disitu,
  1. Anak model beginian kayaknya gak akan mikirin masalah masalah begituan, tapi ternyata sense of kehidupannya lumayan oke. J
  2. Aku juga pernah mengamati sosok yang sama, berinteraksi, dan menulis catatan mengenai orang itu. Tentu saja itu pasti karena ada apa-apa, tak mungkin ketika tidak ada apa apanya aku menulis mengenai/perihal orang.(kau pasti jadi penasaran, hahaha, tapi tulisannya sudah hilang beserta fb yang lama- atau kau merasa bahwa aku mengenal orang itu, kalau aku mengenalnya lebih lama mungkin iya, sekitar 6tahun lalu, tapi aku jadi mengenalnya melalui sudut pandangku)
Dan akhirnya, aku memutuskan untuk mengobrol denganmu melalui sms, awalnya aku hanya menanyakan mungkin lebih tepatnya menyatakan, ternyata kau suka berfilosofi juga. Kau penasaran,dan selalu mempertanyakan identitasku, tapi menurutku itu tak penting, bisa jadi akan terbangun persepsi di balik kepalamu setelah itu, dan kau selalu berujar itu bila aku suka membangun tembok pemisah, namun sebenarnya bukan tembok pemisah,karena obrolan kita tidak akan menuju sebuah kesepakatan, seperti sms sms nyasar biasanya masuk yang pada akhirnya meminta kesempatan untuk sebuah perkenalan, sehingga sebenarnya bukan masalah bukan ketika ada atau tidak ada pembatas. Ini karena kita sudah saling mengenal dan rasa-rasanya lebih leluasa berbicara ketika hanya peduli pada apa yang dibicarakan bukan embel embel di balik itu, tapi oke lah aku mengetahui ketidaknyamananmu. Ditambah dengan kehidupanmu yang keras di belantara Lampung :p. Akhirnya berlanjut dengan obrolan obrolan panjang seputar kehidupan yang tentu saja menurutmu dan menurutku berbeda. Kau pernah berkata bukan, bahwa dunia ini adalah sebuah ketidakpastian, tapi kubilang sebuah ketidakpastian yang akan berujung pada sebuah kepastian.  Namun tentu saja, darimana sebuah kepastian itu ujug-ujug didapat?
Kemudian aku bertanya lagi, dengan apakah kau menamai itu bahagia? apakah kau mencari kebebasan, seperti anak-anak muda lain? Dan ternyata ya, namun dengan baik hati kau menuliskan arti kebebasan itu pada catatanmu dan aku mulai memahami bagaimana kau mendapatkan arti sebuah kebebasan itu dari proses kehidupan yang kau jalani, dan cukuplah itu mendeskripsikan arti kebebebasan yang kau maksudkan dan tentu saja menimbulkan pertanyaan pertanyaan baru buatku. J “it’s when you know what’s good for you and you have an ability to reach it..” so, the most important thing is know what are the good things in our life  that enough to be fought. We have to find the best choice in this one life hyea.
“ mungkin manusia memang mencari cari kebebasan itu dan seolah olah Tuhan menyembunyikannya, dan manusia mulai merengek, memohon mohon pada Tuhan untuk diberi secuil kebebasan, hingga terkadang mereka kemudian lelah dan menyudahi permohonan mereka, mencari kebebasan sendiri seperti yang mereka maui, mungkin berbeda dengan mereka yang akhirnya menyerah, entah Tuhan akan memberi atau tidak, tapi yang berbahaya adalah bila ada  mereka yang berpikir mengenyahkan orang lain untuk mendapatkan kebebasan yang mereka harapkan, hingga kebahagiaan tertinggi yang ingin mereka dapat, tidakkah hal seperti ini benar benar gila?? Dan sampai sebatas mana kita bisa merasa tidak peduli karena kenyataannya makin sering kita temui dalam berbagai belahan kehidupan manapun sekitar kita..miris bukan?” maka kubilang, kala kita butuh kebebasan, kita juga butuh batas…apakah itu manusia lain, apakah itu benda lain, apakah itu pikiran kita sendiri. Manusia butuh batas, karena ia penuh keterbatasan, ia butuh kebebasan, karena ia makhluk terbatas pula, maka ada sebuah ruang ketika kebebasan yang menurutnya itu telah diraihnya, akan  menjadi membosankan pada suatu saat nanti, hingga ia mencari sesuatu yang lain yang bisa membutnya lebih bebas lagi, lebih bahagia lagi.
Hai dosen muda yang baik, langkahmu tentu masih panjang, kurasa mencari berbagai pengalaman sangat baik buat kehidupanmu kelak, siapa tahu suatu saat kau bertemu dengan gajah yang bisa “ngomong” lalu memberi petuah petuah bijak. Atau di sela kebun tebu ada sesosok cacing yang bisa membisikimu banyak hal baik. Hehe.. Yakinlah bahwa kau tidak hanya bertemu dengan omong kosong di kota ini, mampirlah ke rumahku juga, atau kita bisa minum kopi bersama J
*kenapa menyebutnya the hijacked world?
::tribute to mr Lecturer yang hidup di tengah belantara tebu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar