pasti banyak inspirasi datang,ketika aku sedang mengendarai motor.
haha.
dasar.
sudah lama tidak mencatat perihal kehidupan.
dinamika semakin kuat. segalanya harus terencana baik. jujur kepada diri sendiri adalah hal terbaik untuk bisa mengevaluasi diri dan menjadi lebih baik demi hari kemudian.
1 step untuk menjadi lebih terbuka telah dilalui dan bukan saja itu, satu langkah menuju mimpi masa depan terekam di benak. setidaknya sebuah inspirasi untuk hari depan. seseorang dengan minat kebaikan. :)
berusaha keras menaruh sebuah kepercayaan pada benak seseorang. Bagaimana pula belajar stabilisasi emosi.
Apa yang hendak ditulis;
1. kekurangpekerjaan.
pada suatu waktu, saya sedang mengendarai motor menuju sebuah tempat berjarak sekitar 2km dari tempat saya berada. nah, ketika berada di jalanan itu, otak saya dipenuhi oleh banyak hal yang seolah minta diperhatikan.
dijalan itu, saya berpikir untuk menuliskannya, kemudian di sela pikiran pikiran saya itu muncul pemikiran lain yang agak nakal. ketika itu begini,"pasti orang lain mikir kalo aku kurang kerjaan, soalnya mikirin hal-hal yang gak penting, tapi waktu itu pikiranku berkata lain. Apa sih maknanya kurang kerjaan. apa makna "kerjaan" di pikiran mereka?
- Kalo aku tanya tukang bakso pasti jawabnya ya kesibukan mengurusi segala sesuatu yang berhubungan sama bakso. Mulai dari ke pasar, beli daging, ngolah daging, dicampur sama gandum,menyiapkan gerobak, melangkah ke tempat mangkal dan melayani ratusan mulut dan perut. Belum ditambah dengan omelan-omelan kecil, kurang asin-lah. Kurang es-lah. Terlalu alot, banyak micin, dan sebagainya. Hal-hal seperti itulah yang menjadi rutinitasnya hingga akhirnya ia pulang ke rumah menghitung pendapatan, kotor bersihnya, dan akhirnya terlelap untuk menghadapi hari yang sama keesokannya. Mungkin sungguh kasihan jikalau ia tidak memiliki kesempatan barangkali untuk sekedar bercengkerama bersama anaknya atau setidaknya anak kucingnya, ataupun tidak sempat memikirkan tetangganya yang baru saja melahirkan, atau saluran got yang mampet akibat terlalu banyak sampah di sana. Tapi masih mending apabila dalam rutinitasnya itu ia ditemani oleh istri yang sabar dan cantik. Bukan seseorang yang bawel dan semakin membuatnya tertekan. Begitukah makna “kerjaan” di benaknya? Dan mungkinkah mereka sempat berpikir untuk menulis seperti aku, yang telah mengklaim bahwa mereka akan mengatakan “kurang kerjaan banget sih??!!”
- Berbeda pasti dengan Pilche. Apakah yang menjadi “kerjaan” buat dia (?). Yang paling terasa adalah kegilaannya untuk mendokumentasikan segala sesuatu yang menarik di hadapannya. Dalam sebuah kesempatan diam-diam (:p hehehe.peace.) , mungkin ini juga adalah bagian dari mimpinya, bahwa sebuah film dokumenter yang pernah dibuat di AS, menge-golkan disahkannya RUU kebebasan pers. Dari situ, ia mungkin juga menginginkan bahwa nanti salah satu karyanya, bisa membawa sebuah perubahan. Entah itu dari pribadi-pribadi yang tengah menontonnya ataupun mungkin bahkan kaum yang memiliki sumber-sumber kekuasaan. Itulah mungkin makna “kerjaan” baginya, membuat sesuatu yang bisa membawa pada kebaikan bersama. J bravo.
- Jadi garuk-garuk kepala lagi. Menuliskan hal seperti ini, membuatku jadi ketawa-ketawa sendiri. Asyiknya jadi penulis, bisa mengubah nasib orang sesuka hati. Bisa melanglang buana-keliling dunia, bahkan ke luar angkasa. Ada lagi ceritanya, kumpulan anak-anak pinter di sini, yang bila mereka berjalan pasti pandangannya lurus ke depan tanpa sedikitpun ada ekspresi di wajah mereka. (mungkinkah mereka akan terus berjalan, ketika di belakang mereka terjadi kecelakaan parah yang melibatkan sebuah truk berat dan seekor tikus besar.) setidaknya menoleh dan berkata “ouchh..” .
Mungkin ya, dikarenakan pekerjaan pekerjaan penelitian mereka yang mungkin sudah menumpuk-numpuk di meja kerja mereka, yang kemudian masih harus dikonsultasikan variabelnya, atau di cek ulang kevalidan datanya, dan lain-lain, yang akan membuat pikiran mereka selalu dipenuhi oleh hal-hal itu dan sulit diganggu-gugat oleh hanya sekadar pertanyaan-pertanyaan, “bisa pinjam sepeda?”, “punya gunting rumput?”, “apa yang menjadi motivasi utamamu melakukan berbagai hal-hal ini?” dan lain sebagainya, yang sebenarnya ketika itu bisa membuat orang lain terbantu maka hal kecil yang tampak remeh itu sebenarnya cukup berguna dan sama sekali tidak membawa kerugian. Tapi apakah ada hal yang terlintas, “kenapa sih nanyain beginian, kaya kurang kerjaan aja?”. Entahlah...
- Sehingga pastilah berbeda apa yang ada di pikiranku, yang ada di pikirannya ataupun di pikiran ibunya.
Yang seringkali akupun bertanya-tanya, dengan kedekatan dengan tempatku bermukim, karena memang hal ini begitu sering terjadi, dan mungkin memang membudaya. Sejauh mana kita berhak membicarakan hak hidup orang lain dengan segala lika-likunya hingga itu disebut sebagai sebuah kontrol sosial. Sebenarnya memang sebuah kontrol sosial atau hanya sebuah kenikmatan bergunjing? Oke-lah, bila itu kemudian memang disertai dengan kritik dan saran yang akan membawa kebaikan bagi oknum-oknum yang bersangkutan, namun ketika tidak, apakah sebenarnya hakikatnya??
Semoga saja hal-hal yang seperti itu juga tak melulu terjadi bila mereka telah menemukan “kerjaan-kerjaan” yang bisa membuat diri mereka bermakna atau setidaknya lebih bermanfaat bagi diri mereka sendiri karena bagaimanapun sulit untuk bisa memandang sosok orang lain seutuhnya. Jadi inget pepatah nih, “Dalamnya samudra bisa diukur, tapi dalamnya hati siapa yang tau?” hehehe...
Dan itulah sedikit hasil perenunganku mengenai makna sebuah pekerjaan. Apa yang kita anggap sebagai pekerjaan, yang membuat jiwa-raga kita seutuhnya bisa mengoptimalkan segala kemampuan yang dimilikinya, yang membuat kita bisa merasa menjadi manusia seutuhnya tanpa mengurangi hak-hak yang dimiliki orang lain, bahkan berguna pula bagi orang lain, dan bukan sebatas tertuju pada materi ataupun untuk “dilihat”, itulah menurutku yang berhak diperjuangkan sebagai sebuah pekerjaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar