Generasi
muda. Sebuah bagian masa dari perjalanan kehidupan yang utuh. Bagian
dari masyarakat yang senantiasa dielukan, ditinggikan, optimistis dan
pandai. Generasi yang selalu ditunggu suara suara kritisnya. Generasi
yang selalu diharapkan mampu membawa angin segar kehidupan.
Sudah
cukup lama persoalan persoalan remaja cukup sulit terkendali. Hal ini
terbukti dengan berbagai bentrokan yang tidak jarang menyebabkan
terjadinya kematian kematian dengan angka yang tidak sedikit pada
remaja. Padahal seringkali hal hal seperti ini tidak dipicu oleh sesuatu
yang jelas, tidak dipicu oleh sebuah hal yang benar benar perlu untuk
dipersoalkan, mungkin hal ini akan menjadi berbeda antara orang per
orang, namun kita juga telah dibekali sejak lahir, akal untuk memikirkan
hal ini semua, menilai sesuatu, mempertimbangkan dan bertindak.
Kejadian kejadian itu seolah merujuk pada kondisi remaja yang benar
benar labil secara emosi. Hanya sebuah keinginan untuk menunjukkan
kekuatannya, dsb. Sayapun pernah membaca dari sebuah media yang
menyatakan ada seorang remaja putri yang masih duduk di bangku kelas 1
SMA yang meninggal karena entah mengalami keracunan atau tubuhnya tidak
kuat menerima minuman keras yang ditenggaknya. Hipotesa mengatakan hal
itu bukan keinginannya sendiri. Hal inipun membuktikan bahwa kelompok
atau individu acuan cukup berpengaruh bagi pemilihan perilaku si remaja.
Belum lagi maraknya media jejaring sosial yang dengan mudahnya
mengangkat berbagai isu, yang seringkali hanya ditanggapi secara
dangkal. Dan juga tak jarang menjadi sumber pemasukan nilai nilai yang
menjadikan adanya sebuah gaya hidup. Mungkin praktis, konsumtif, membawa
kenikmatan sesaat, dan lain sebagainya.
Kita seringkali mendengar
berbagai ekspektasi yang tinggi dari generasi sebelumnya bagi orang
orang muda ini. Yang katanya memiliki banyak energi berlebih. Yang
selalu aktif dan terkadang reaktif. Potensi potensi ini memang sangat
layak bila mendapatkan perhatian dan harapan bagi banyak pihak.
Tidak
perlu memulai sesuatu dari hal hal yang berjauhan dengan posisi kita
saat ini atau sebelumnya. Saya mengambil potret remaja muda yang sempat
berbentrok dengan sistem sekolahnya karena memperjuangkan apa yang
menurutnya benar. Sebuah film dokumenter berjudul “Sekolah Kami Hidup
Kami” berdurasi sekitar 15 menit ini mengisahkan sebuah perjuangan dari
seorang anak muda yang memiliki ide subversif karena ketidakbenaran dan
kebobrokan di sekitarnya. (tentu tokoh itu bisa kita jadikan tokoh
inspiratif untuk rubrik
seseorang kita nanti :p), dengan
strategi dan kapasitasnya waktu itu, ia menggalang kekuatan untuk
mewujudkan ide itu menjadi sebuah aksi nyata. Itu bila kita melihat
sejarah masa lampau :p baru baru ini saya membaca kisah kisah mengenai
remaja berprestasi. Ada seorang remaja putri (usia SMA) yang membuat
sebuah permainan ular tangga. Apa menariknya ular tangga ini? Dalam tiap
langkah permainan ini, ia memberikan pesan pesan seputar
freesex dan
berbagai risiko yang menyertainya. Iapun sibuk mengkampanyekan
permainan ini pada teman teman sebayanya. Kitapun tidak jarang mendengar
mengenai remaja remaja sekolah menengah kejuruan yang telah sukses
melakukan daur ulang bahan bahan yang masih bisa dipergunakan. Ada yang
bertujuan untuk mengurangi sampah, hingga melakukan penghematan energi
dengan pembuatan teknologi berbahan bakar sumber daya yang dapat
diperbaharui. Geliat anak anak muda makin terlihat, tidak hanya dengan
rajin belajar di sekolah, namun mereka semakin mampu menerapkan ilmunya
demi pemecahan pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan sehari hari.
Hal hal seperti ini yang tentu saja perlu kita beri apresiasi yang
tinggi, supaya semangat itu terus menyala.
Memberikan sebuah
pengaruh bagi cara pandang remaja, menurut saya adalah sebuah hal yang
harus. Tanpa ba bi bu, tanpa menjadikannya sebagai prioritas entah ke
berapa.
Tentu, pengaruh itu sesuai dengan apa yang menjadi harapan
bersama, pengaruh tidak memastikan hanya berasal dari satu pihak, namun
pengaruh membawa sebuah ruang untuk saling berkomunikasi, mencari
solusi solusi terbaik.
Perbedaan bukan sesuatu hal yang menjadi
alasan untuk melakukan bentrokan, namun perbedaan membuka celah untuk
berkomunikasi. (Rio Satriawan-maaf tidak sama persis)
Membuat
kita bersama sama berpikir ulang mengenai kontribusi apa yang hendak
kita berikan pada kehidupan, sejak dini bukankah adalah harapan kita
bersama, hai generasi muda?